Feminisme, Naik atau Turun
“Saya rasa wanita itu bodoh bila merasa dirinya setara dengan pria.
Mereka itu jauh lebih hebat dan selalu begitu.
Apapun yang kau berikan pada wanita la akan menjadikannya lebih baik.
Jika kau memberinya sperma, ia memberikanmu buah hati.
Jika kau beri dia tempat tinggal, ia akan memberimu rumah.
Jka kau beri dia bahan makanan, ia akan memberimu sesuatu untuk dimakan.
Ia melipatgandakan dan melebihkan apa-apa yang kau berikan padanya
maka jika kau memberinya sampah, bersiap-siaplah untuk menerima ton kotoran"
- William Golding -
Oleh: D. Iqbal Christian
Feminisme, tumbuh di
Eropa sekitar abad ke 18. munculnya revolusi prancis dan revolusi industri
tidak hanya mepengaruhi hubungan kaum borjuis dan proletar, namun juga
mepengaruhi tata hubungan antar kaum lelaki dan perempuan masyarakat Eropa. Hal
tersebut mengakibatkan dikotomi kaum lelaki pada sektor industri, sedang perempuan
pada sektor domestik.
Kaum perempuan yang
selalu dianggap sebagai makhluk yang lemah di tengah tatanan dan kultur
masyarakat industri, kemudian memunculkan gerakan feminisme, perlakuan tidak
adil terhadap perempuan menjadi semacam kesadaran untuk mengubah kondisi
demikian, baik oleh kaum perempuan, maupun lelaki.
Filsafat yang merupakan
Ibu ilmu pengetahuan, menjadi dasar atau prinsip berfikir komprehensif dan
sangat berpengaruh pada pemikiran peradaban manusia. Ada yang unik dari
hubungan antar filsafat dengan perempuan, selain para Nabi, para filsuf yang
muncul kepermukaan hanyalah para filsuf lelaki. Sebetulnya pada abad ke-17,
dapat ditemukan karya dari filosof perempuan mengenai teori metafisika,
filsafat sosial, teori moral, epistemologi dan lainsebagainya. Seorang perempuan
bernama Anna Maria Van Scruman pernah merasakan bangku perkuliahan pada abad
itu, kendati ia mengikuti perkuliahan dengan mencuri materi kuliah dari balik
tirai jendela salah satu kelas di Universitas Utrecht. Dapat kita simpulkan
bahwa kaum patriarkal mendominasi dunia filsafat. Selain itu kendala dari para
filsuf perempuan adalah masalah publikasi yang kurang sehingga pemikiran mereka
kurang muncul dipermukaan.
Belum cukup sampai
disitu, ada juga misogini dalam filsafat, seperti Aristoteles yang mengatakan
bahwa lelaki secara alamiah adalah superior dan pemimpin, sedang perempuan,
adalah inferior dan objek. Nuansa yang sangat tidak adil terasa dari anggapan
mereka..
Gambar dirilis bebas dari hak cipta di bawah Creative Commons cc0. |
Barulah kemudian pada tahun 1678 perempuan mulai
menunjukkan eksistensinya dalam bidang filsafat, seperti. Elena Cornaro
Piscopia menjadi perempuan pertama peraih gelar doktor filsafat pada
Universitas Padua, Venecia.[1] Kemudian ditahun 1732, Laura Bassi meraih gelar
doktor filsafat. Ia mampu mempertahankan 49 tesis mengenai filsafat alam di depan
5 profesor.[2] Luar biasanya ujian Bassi hanya di tempuh selama 1 bulan.
Sebetulnya, tema yang mendasari pergumulan filsafat
feminisme adalah mengenai kekuasaan kaum pria atas wanita. Bagi kaum feminis,
sesungguhnya kekuasaan itu tidak ada. Tapi, struktur patriarkal dalam konteks
sosial menciptakan sedemikian rupa historis, dan kultural, hingga seolah
legitimasi itu tidak dapat dicabut dan diganggu gugat.
Banyak sekali hal yang dapat dieksplorasi mengenai
kajian feminisme ini, tidak sebatas mengenai persoalan normatif tentang
teori-teori feminisme, tapi juga menggunakan teori feminisme untuk analisa
realita di masyarakat, seperti mengkaji persoalan filsafat yang diduga bias
terhadap gender. Hal tersebut perlulah dilakukan, sebab seperti yang telah kita
ketahui bahwa filsafat merupakan mother of science (ibunya segala ilmu) yang
digunakan sebagai pisau analisa.
Sedangkan definisi feminisme, menurut Mary Wollstonecraft dalam bukunya The Right of Woman tahun 1972,[3] feminisme merupakan suatu gerakan emansipasi wanita, gerakan yang menyuarakan tentang perbaikan kedudukan wanita dan menolak perbedaan derajat antara laki-laki dan wanita. Feminisme berkenaan dengan pembebasan perempuan dari penindasan kaum laki-laki pada masa itu. Serta gerakan kepercayaan terhadap persamaan keranah publik seperti bidang sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Patut diketahui filsafat feminisme merupakan analisa terhadap filsafat, bukan sebaliknya.
Kemudian filsafat feminisme boleh dikatakan suatu metode berfikir yang berfokus pada identitas, pengalaman, dan cara bereksistensi dan berpikir wanita dilihat sama dengan lelaki, atau secara sederhana yaitu bagaimana berfilsafat dari sudut pandang wanita.
Sedangkan filsafat feminisme dapat dikatakan suatu cara berfikir yang menekankan pada pengalaman, identitas, serta cara berada dan berfikir perempuan dilihat sama seperti pria. Ataupun soal bagaimana berfilsafat dari sudut pandang perempuan.
Terdapat unsur gerakan dalam feminisme. Sebab, maksud dan tujuan feminisme adalah agar identitas, pengalaman, bertindak dan cara berfikir dilihat sama seperti kaum lelaki. Gerakan tersebut membedakan pula gender dan seks. Gender merupakan sesuatu yang dapat diubah, sedang seks merupakan kodrat yang tidak akan pernah bisa berubah dan diubah. Walaupun demikian, gerakan itu tidak memisahkannya, hanya membedakannya saja. Sebab manusia sudah terikat dengan jenis keamin dan konsep gendernya. Status tersebut mesti diperhatikan, bukan malah mengidentifikasi individeu berdasar pada seksualitas. Poin ini menjadi kolaborasi filsafat dan feminisme. Konsep ini menjabarkan perbedaan yang tetap berada dalam kesetaraan.
Perempuan harus mampu mengimbangi kaum laki-laki. Oleh karenanya, perempuan perlu berfilsafat untuk menyelamatkan kesenjangan pemikiran filsuf lelaki.
Perkembangan aliran feminisme patut kita cermati. Seperti feminisme radikal, yang dapat dikatakan sangat mengerikan. Mengutuk sistem patriarki, mencemooh pernikahan, menghalalkan aborsi serta lesbianisme dan revolusi seks. Patriarki, bagi sebagian feminis adalah sebuah manifestasi dari hirarki yang oleh karenanya patriarki harus dihancurkan.
Dari semua pembahasan di atas, apakah benar bahwa wanita sekedar objek, dan inferior? Dalam perspektif yang lain, peran wanita sangatlah tidak setara jika dibandingkan dengan pria, sebab sesungguhnya wanita memegang peranan yang lebih fundamental dalam membentuk peradaban dan memegang peranan penting dalam kemajuan peradaban. Hanya wanitalah yang mampu melahirkan dan membentuk generasi. Wanita tidak bisa mengabaikan peran penting ini, sebab hal tersebut merupakan fitrah perempuan.
Pada akhirnya feminisme tetap akan terus berkembang. Sebab feminisme merupakan sebuah ideologi yang terlahir dari sejarah, dan sedang berlangsung hingga hari ini, juga tentunya dapat merubah sudut pandang pemikirang di masa depan. Jadi, bagaimanakah feminisme yang baik?
_________________________________________
- http://global.liputan6.com/read/2258832/25-6-1960-membelot-ke-soviet-2-agen-nsa-menampar-wajah-as, diakses pada tangal 21 Februari 2018
- https://journal.ugm.ac.id/populasi/article/download/11892/8762, diakses pada tangal 21 Februari 2018
- https://id.wikipedia.org/wiki/Mary_Wollstonecraft, diakses pada tangal 21 Februari 2018
0 Response to "Feminisme, Naik atau Turun"
Posting Komentar