Assassin, Seni Dalam Membunuh
Assasin atau dalam bahasa Arab Al-Hasyasyin adalah
satu organisasi dari salah satu cabang Islam Syi’ah Ismailiyah, mereka bermukim
di Irak, Iran, Suriah, dan Lebanon di bawah pemimpin karismatik Hasan-i
Sabbah.[1] Dalam Kamus
Oxford Assassin adalah “A person who murders an important person for political
or religious reasons” (Seseorang yang membunuh orang penting untuk alasan
politik atau alasan agama).[2]
Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Assasin
adalah pembunuh, atau orang yang di sewa orang lain untuk membunuh.[3]
Namun menurut penulis Lebanon Amin Maalouf,
berdasarkan teks dari Alamut, asal kata Assassin sebenarnya merujuk pada ungkapan
Hassan Sabbah yang cenderung memanggil murid-muridnya Asāsīyūn, yang berarti
“orang-orang yang setia kepada fundamental keimananan”. Munculnya istilah
hashish adalah kesalahpahaman wisatawan asing (Marcopolo) dalam memahami maksud
aslinya.[4]
Gambar dirilis bebas dari hak cipta di bawah Creative Commons cc0 |
Secara
politik, kata hashish (penghisap candu) memang dipilih oleh
masyarat yang membenci sekte ini. Dan benar saja, konotasi buruk ini sangat
efektif dalam mereduksi tujuan aksi dan propaganda mereka.
1. Berdirinya Sekte Assassin
Kemunculannya sangat mirip dengan
kemunculan berbagai sekte-sekte dalam Islam, salah satunya dikarenakan
persoalan politik, dan sekte assasin muncul karena persoalan tersebut pula.
Assassin merupakan sekte dari pecahan mazhab Syi’ah Ismailiyah.
Syi’ah Ismailiyah muncul ketika Imam
Ja’far As Shadiq (Imam ke-6 Kaum Syi’ah) menunjuk penggantinya sebagai
penggantinya menjadi Imam yang ke-7. Dan pilihannya jatuh kepada Imam Musa
al-Kadzim, yang kemudian ditaati oleh sebagian besar pengikut Syi’ah (12 Imam).
Dari kelompok yang menyepakati kesepakatan tersebut, adapula kelompok
yang tidak menyepakatinya, mereka labih menginginkan saudara dari Imam Musa al
Kadzim yaitu Ismail menjadi pengganti Imam Ja’far as Shadiq. Para pendukung
Ismail inilah yang kemudian disebut dengan sebutan Syi’ah Ismailiyah.
Hasan-e Sabah, Sumber: wikipedia |
Adalah Hassan-i Sabbah
sang pelopor sekte Assasin, Ia lahir pada pertengahan abad ke-11 di kota Qum –
Iran. Dia kemudian mengikuti orang tuanya pindah ke kota Rayy (Teheran).
Mengikut keyakinan keluarganya, Hassan-i Sabbah menganut faham Syi’ah Itsna
Asy’ariyah (Dua Belas Imam). Dalam cuplikan biografinya, sebagaimana dikutip
oleh Bernard Lewis dalam bukunya Assassin, Hassan-i Sabbah menulis bahwa “sejak
berusia tujuh tahun, aku sudah jatuh hati pada kepada pelbagai cabang ilmu
pengetahuan dan bercita-cita menjadi ulama.” Hingga sepuluh tahun berikutnya,
dia “menjadi pencari dan penuntut ilmu dengan tetap mempertahankan keyakinan
Syi’ah Itsna Asy’ariyah (Dua Belas Imam) yang dianut oleh ayahnya.
Keadaan berubah saat
Hassan-i Sabbah bertemu dengan seorang ulama Syi’ah dari sekte Ismailiyah
bernama Amira Darrab seorang Rafiq (sahabat) merujuk pada istilah yang
digunakan di kalangan Syi’ah Ismailiyah. Hassan-i Sabbāh pada awalnya menolak
pandangan-pandangan Amira Darrab. Namun kepribadiannya yang menarik dan
kepandaiannya berargumen membuat keyakinan Hassan-i Sabbāh akhirnya goyah. Dia
pun berpindah keyakinan kepada sekte Ismailiyah yang pada masa itu memang lebih
dominan dibandingkan Itsna Asy’ariyah. Pada pertengahan tahun 1072, Hassan-i
Sabbāh di baiat oleh pimpinan dai Syi’ah Ismailiyah di Persia Barat dan Irak,
Abdul Malik bin Attasy.[5]
Empat tahun kemudian,
Hassan i Sabbah melakukan perjalanan dari Rayy menuju Isfahan. Kemudian Ia ke
Kairo – Mesir, tempat bersemayamnya Daulah Fatimiyah (salah satu dinasti
Syi’ah)[6] sekaligus pusat pemerintahan Syi’ah Ismailiyah ketika itu. Hassan-i
Sabbah sampai di Kairo pada pertengahan tahun 1078. Ia menetap tiga tahun di
kota itu dan juga di kota Alexandria. Belakangan Hassan-i Sabbah berseteru
dengan seorang Wazir[7] bernama Badr al-Jamali yang menyebabkan Hassan-i Sabbah
terpaksa pergi meninggalkan Mesir dan kembali ke Persia.
Syiah Ismailiyah lebih
memilih jalan perlawanan terhadap dinasti Abbasiyah, dan mendirikan dinasti
Fatimiyah pada tahun 909 M. Pada tahun 969 M mereka berhasil menaklukkan Mesir
dan mendirikan kota Kairo serta menjadikannya sebagai ibu kota dinasti
Fatimiyah. Ditempat ini, mereka berhasil mendirikan satu peradaban Islam yang
disegani. Bahkan Universitas Kairo merupakan salah satu tujuan favorit pada
pencari ilmu masa itu.[8]
Namun saat memasuki
masa perang Salib, pamor mereka kalah dibandingkan dengan kaum Sunni. Setelah
Salahuddin Al Ayubi berhasil merebut Yerusalem dari Tentara Salib, dan berhasil
membunuh pemimpin terakhir Khilafah Fatimiyah dan membangun Dinasti Ayubiyah,
sebagian dari sisa pengikut dinasti Fatimiyah ada yang selamat dan lari ke
wilayah Barat di Persia. Mereka kemudian mendirikan komunitas tersendiri yang
dikenal dengan sekte Hashashin.[9]
Assassin bermarkas di
sebuah dataran tinggi dengan ketinggian 6.980 kaki diatas permukaan laut. Pada
wilayah ujung barat pegunungan Alborz, dan berada di antara dataran kering
Qazvin di selatan dan lereng berhutan provinsi Mazandaran di utara. Di kawasan
ini terdapat dua benteng Ismaili yang besar, yaitu Kastil Lambsar dan Alamut.
Dalam benteng Alamut (Sarang elang) inilah para Assassin bermarkas.
Karena mereka memiliki tempat yang begitu tinggi, maka mereka dapat dengan
mudah dalam mengantisipasi serta menangkal sereangan sedini mungkin.
View from Alamout castle, Sumber: Wikipedia |
Benteng tersebut dibangun dengan
bahan-bahan bebatuan yang kokoh, tertutup dan berada di lokasi strategis.
Inilah tempat yang menjadi pusat pengumpulan intelijen, pendidikan tinggi,
serta pelatihan para anggota tentang teknik penculikan, serangan dan
pembunuhan. Benteng tersebut memberi kerahasiaan mutlak sekte Assassin dari
musuh-musuhnya. Bahkan, pimpinan dan pendiri sekte ini, Hassan Sabbah,
tidak banyak yang mengetahui identitasnya. Konon, sejak memasuki benteng ini,
ia hanya pernah sekali-dua keluar, selebihnya ia memerintahkan semua aksi
sektenya dari dalam benteng ini, hingga ia juga wafat disini. Masyarakat
sekitar mengenalnya hanya dengan sebutan “orang tua dari gunung”.[10]
Pada aspek keorganisasian, mereka
mengenal adanya Pemimpin Besar yang tidak lain adalah Hasan Sabbah sendiri.
Jenjang dibawahnya secara berturut-turut adalah, Guru Besar yang bertugas
melakukan propaganda besar, Rafik (sahabat) yang tugasnya
melakukan propaganda normal, dan Lasiq (pengikut). Lasiq adalah
anggota, yang setelah dilatih akan mengemban amanat sebagai eksekutor lapangan
yang berjulukan “Fidai”.[11]
Menurut Syed Ameer Ali, di kemudian
hari hirarki Hashashin ini diadopsi oleh salah satu sekte Kristen yang terkenal
dengan Templar.[12]
2. Kemampuan Menyelesaikan Misi
Dunia telah mengenal mengenai cara
menyingkirkan lawan politik dengan cara membunuh para kompetitor dibidang
politik. Assassin menjadi dikenal diseluruh dunia karena kemunculannya pada
masa awal perang salib, yang ketika itu interaksi antara kekuatan dunia saling
bertemu dan kacaunya dinamika politik pada masa itu.
Assassin melakukan tugasnya dengan
cara yang eksklusif, akurat dan elegan, sehingga membuat sekte yang dapat
dikatakan kecil ini menjadi perhitungan musuh-musuhnya. Dapat diinfentarisir,
hampir semua Imperium pada masa itu pernah menjadi korban sekte Assassin,
diantaranya yaitu Dinasti Fatimiyah, Abbasiyah, Mongolia, Inggris hingga Yerusalem.
Sekte inilah yang membuat dunia
mengenal trik dan seni pembunuhan dengan akurasi tinggi. Target mereka adalah
orang-orang penting dan berpengaruh, yang eksekusinya dilakukan di depan
publik, namun dengan teknik yang begitu rapih, sehingga mereka mampu pergi
tanpa meninggalkan jejak. Kalaupun tertangkap, anggota kelompok Hashashin siap
menanggung resiko disiksa hingga dibunuh. Rangkaian pembunuhan yang mereka
lakukan memunculkan nuansa teror ke seantero negeri, bahkan mengubah arah
sebuah peperangan dan jalannya sebuah dinasti.[13]
Kaum Assassin juga termasuk kelompok
pertama yang menggunakan sinyal pantulan cermin di siang hari untuk
berkomunikasi dengan basis terdekat, khususnya sekitar alamut. Di malam hari
mereka menggunakan sinyal api.
Kaum Hasshashin seringkali menerima
kontrak dari pihak luar. Richard the Lionheart adalah salah
satunya yang dicurigai membayar mereka untuk membunuh Conrad de Montferrat.
Dalam banyak kasus, kaum Hashshashin digunakan untuk mempertahankan
keseimbangan musuh mereka. Korban-korban yang terkenal diantaranya Wazir
Abbasiyah yang terkenal Nizam al-Mulk (1092), Wazir Fatimiah al-Afdal
Shahanshah (1122)(bertanggung jawab memenjarakan kaum Nizari), Ibn
al-Khashshab dari Aleppo (1125), al-Bursuqi dari
Mosul (1126), Raymond II dari Tripoli (1152), Conrad
de Montferrat (1192), dan pangeran Edward (kemudian
menjadiEdward I dari Inggris) terluka oleh pisau beracun
Hashshashin pada tahun 1271.[14]
____________________________________
- C. S. Lewis's, Case for Christ: Insights from Reason, Imagination and Faith, 2005, InterVarsity Press, hlm 145.
- https://en.oxforddictionaries.com/definition/assassin, diakses pada tanggal 7 Januari 2018.
- http://www.kamuskbbi.id/inggris/indonesia.php?mod=view&assassin&id=2002-kamus-inggris-indonesia.html, diakses pada tangga 7 Januari 2018.
- Ḥasan II “ʿalā ḏekrehe’l-salām” (1166)—4th Lord of Alamut (1162—1166)
- Ismailiyah (bahasa Arab: al-Isma iliyyun; bahasa Urdu: Ismai li, bahasa Persia: Esma iliyan) adalah mazhab dengan jumlah penganut kedua terbesar dalam agama Syi’ah, setelah mazhab Dua Belas Imam (Itsna ‘Asyariah). Sebutan Ismailiyah diperoleh pengikut mazhab ini karena penerimaan mereka atas keimaman Isma’il bin Ja’far sebagai penerus dari Ja’far ash-Shadiq. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ismailiyah, diakses pada tanggal 7 Januari 2018.
- Fatimiyah, atau al-Fathimiyyun ialah penguasa Syiah yang berkuasa di berbagai wilayah di Maghreb, Mesir, dan Syam dari 5 Januari 910 hingga 1171. Negeri ini dikuasai oleh Ismailiyah, salah satu cabang Syi’ah. Pemimpinnya juga para imam Syiah, jadi mereka memiliki kepentingan keagamaan terhadap Isma’iliyyun. Kadang dinasti ini disebut pula dengan Bani Ubaidillah, sesuai dengan nama pendiri dinasti.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Fatimiyah, diakses pada tanggal 7 Januari 2018
- Seorang Wazir (dalam berbagai bahasa disebut sebagai Vazir, Vizir, Vasir, Vizier, Vesir, atau Vezir), secara harfiah berarti “pembantu”, adalah sebuah istilah Persia untuk seorang penasihat atau menteri politik (kadang-kadang keagamaan) berkedudukan tinggi, biasanya ditemui dalam sistem monarki Syi’ah seperti Khalifah, Amir, Malik (raja) atau Sultan. Silahkan baca https://id.m.wikipedia.org/wiki/Wazir, diakses pada tanggal 7 Januari 2018.
- https://ganaislamika.com/assassin-2-asal-usul-dan-legenda/, diakses pada tanggal 7 Januari 2018
- ibid
- http://materiaislamica.com/index.php/History_of_the_Ismai%27ili_Assassin_Society_(c._1080%E2%80%941275)#cite_note-Curtin2008-27, diakses pada tanggal 7 Januari 2018
- Nur-al-Din Muḥammad (1210)—5th Lord of Alamut (1166—1210)
- Jalāl-al-Din Ḥasan (1221)—6th Lord of Alamut (1210—1221)
- https://ganaislamika.com/assassin/, diakses pada tanggal 7 Januari 2018
- https://id.wikipedia.org/wiki/Hassasin#cite_ref-1, diakses pada tanggal 7 Januari 2018
0 Response to "Assassin, Seni Dalam Membunuh"
Posting Komentar