Al- Mas’udi – Sang Pelopor yang Multidisiplin
Para
sarjana sejarah, pasti mengenal sosoknya yang sangat berpengaruh dalam kajian
sejarah. Ia adalah Abu Hasan Ali bin Al-husain Al-Masudi. Hidup atara tahun 896
– 956 M. Merupakan ahli sejarah dan geografi yang lahir di Baghdad, Iraq. Ia
merupakan keturunan Arab dari garis Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat Nabi
Muhammad SAW.[1]
Abu al-Hasan Ali ibn al-Husayn ibn Ali al-Mas'udi,Natasha Selim. Sumber: pinterest |
Perannya
yang besar dalam bidang sejarah dan geografi mendapat pengakuan luar biasa baik
dari dunia Timur maupun dunia Barat. Salah satu karya yang mendapat apresiasi
luar biasa adalah Muruj al-Dzahab wa
Maadin al-Jawhir (Padang emas dan batu mulia). Dalam karyanya tersebut, ia
mengungkapkan gagasan baru dengan memprakarsai penulisan sujarah dengan
penerapan metode tematis. Ia melakukan cara yang berbeda dibandingkan dengan
para sejarawan lainnya masa itu.
Tema
yang diangkat oleh Masudi adalah mengenai bangsa, dinasti, dan raja. Ia memaparkannya
dengan sangat menarik. Kajian-kajian tersebut diraciknya dengan beragam
peristiwa peperangan, politik, serta informasi-informasi tentang masyarakat,
kondisi alam setiap wilayah, dan adat istiadat. Metode ini kemudian hari
menjadi rujukan bagi para sejarawan lainnya. Salah satu sejarawan ternama yang
mengikuti dan menerapkan metode al-Masudi adalah Ibnu Khaldun.
Selain
seorang ahli sejarah dan geografi, al-Masudi juga ahli dalam bidang geologi,
zoologi, serta ensiklopedi sains Islam, sekaligus seorang pengembara. Fars di
Persia, Iran. Merupakan kota pertama yang dikunjungi pada 914 - 915 M,[2]
kemudian ia menetap selama satu tahun diwilayah lainnya bernama Istikhar. Kemudian
pengembaraannya berlanjut ke India (916 M) yang melalui kota Baghdad. Di India,
ia mengunjungi kota Multan dan al-Mansurah / Mansoora (Mansura)[3]
dan kembali lagi ke Persia setelah mengunjungi Kusman. Kota-kota lain yang pernah
menjadi persinggaahannya antara lain, Gujarat, Cylon (Srilanka), mengarungi
laut Cina, Berlayar ke Samudra Hindia, Oman, Zanzibar, Pesisir Afrika Timur,
Sudan, Madagaskar, dan Kirman.[4]
Al-Masudi, Emmerich Alexius Swoboda Sumber: en.wikipedia |
Kemudian
ditahun 926 M, al-Masudi kembali mengembara ke beberapa negeri seperti
Tiberias, Suriah, dan Palestina, kemudian ditahun 943 M ke Antioch (Suriah). Ia
juga berkeliling ke negeri Irak dan Arab.[5]
Puluhan
karya telah ia hasilkan, dan banyak negara juga yang telah ia datangi. Karena pengetahuan
geografinya yang sangat baik, ia disebut sebagai pilinus dari sastra Arab. Dalam
buku Muruj al-Dzahab wa Maadin al-Jawhir,
al-Masudi menjelaskan bagaimana terjadinya gempa bumi, mengisahkan mengenai
laut mati, serta mengenai kincir angin pertama yang menurutnya sangat mungkin
ditemukan oleh orang Islam. Selain itu, ia pun merumuskan teori yang dapat
dikatakan sebagai dasar atau awal teori evolusi.[6]
Ia
menghimpun peristiwa serta materi sejarah dari berbagai tempat. Selain itu
Masudi juga mencatat kondisi geografi tempat ia pernah singgah. Phili K Hitti
dalam History of the Arabs
mengungkapkan, bahwa pada kitab Muruj
al-Dzahab, al-Masudi mengawali pengembangan studinya terhadap
histori-geografi di dunia Islam.[7]
Al-Masudi,
pada masanya memilih menggunakan pendekatan analisis kritis terhadap objek
penelitiannya, sehingga diperlolehlah bukti-bukti ilmiah yang lebih mendalam. Bahkan
ketika menulis teks, ia melakukannya secara sistematis. Selain itu juga,
tulisannya bersinggungan dengan aspek lain seperti antropologi dan ekologi.
Karena
pemikirannya yang komprehensif, al-Masudi mempu menerangkan dengan baik sejarah
terbentuk hingga runtuhnya suatu bangsa dan peradaban. Selain itu, ia juga
mampu menerangkan dengan baik bagaimana asal-usul atau awal-mula terbentuknya
suatu wilayah. Dalam satu bab di buku Muruj
al-Dzahab wa Maadin al-Jawhir, al-Masudi menguraikan mengenai daerah tandus yang sebelumnya merupakan lautan dan juga sebaliknya. Ia menerangkan hal
tersebut secara terperinci berdasarkan analisanya. Selain itu, al-Masudi juga
mampu melaporkan peristiwa gempa bumi secara detail yang terjadi pada tahun 955 M.[8]
Karena
hal-hal tersebut, maka tentu saja al-Masudi menjadi rujukan utama umat Islam
dalam memahami keberadaan bangsa-bangsa.
Al-Mas'udi's Map of the World. Sumber: en.wikipedia |
Teori
evolusi juga menjadi minatnya, bahkan al-Masudi tercatat sebagai ilmuwan awal
yang membentuk kerangka dasar dalam kajian mengenai evolusi. Mengenai pembahasan
ini, al-Masudi menuliskan karya yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
berjudul Meadows of Gold (Padang
rumput emas). Dibuku lainnya yang juga membahas persoalan sama yaitu At-tanbih wal Isyraq. Tesis yang ia
ajukan dalam karyanya itu adalah mengenai evolusi kehidupan dari mineral
menjadi tanaman, tanaman kemudian menjadi binatang, dan binatang menjadi
manusia.[9]
Al-Masudi
melakukan pengembaraan yang panjang semata-mata karena ketertarikannya terhadap
studi ilmu sejarah. Sayangnya kehidupan awal al-Masudi tidak banyak diketahui,
hanya ada sedikit catatan yang berhasil mengungkapkannya, seperti yang telah
dibahas di atas bahwa al-Masudi dilahirkah di Baghdad, Irak. Adalah merujuk
pada silsilah keluarganya yang masih keturunan Abdullah bin Mas’ud dan
merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal.
Ia
menempuh perjalanan panjang yang diakhiri dengan menetap di Suriah dan Mesir
pada masa-masa akhir hidupnya. Ia wafat di Mesir pada September tahun 345 H
atau 954 M. Namun kebesarannya tidak ikut terkubur dalam tanah dan tidak lekang
dimakan zaman.
[1]
Id.wiki, al-Mas’udi, diakses pada
tanggal 13 Maret 2018.
[3]
pada zaman al-Masudi
merupakan kota yang paling maju di India Barat dan menjadi ibu kota bagian
Sind, dalam karya Muruj al-Dzahab wa
Maadin al-Jawhir, Mas’udi menceritakan bahwa kota tersebut terletak di tepi
sungai Indus dekat Hyderabad Slang.
[4]
Id.wiki, al-Mas’udi, diakses pada
tanggal 13 Maret 2018.
[5]
Ibid.
[6]
Op cit.
[7]
ftp.unpad, Al-Masudi, Koran Republika, 20 September 2010, diakses pada tanggal
13 Maret 2018.
[8]
Ibid.
0 Response to "Al- Mas’udi – Sang Pelopor yang Multidisiplin"
Posting Komentar