Cyrus The Great II (Iskandar Dzulkarnain), Dua Tanduk Barat dan Timur
Cyrus
II, atau Koresh, atau Iskandar Dzulkarnain, dilahirkan sekitar tahun 576 SM di
Provinsi Persis (sekarang Fars) barat daya Iran. Dahulu kerajaan tersebut
merupakan provinsi kerajaan Media/Mede, dan Cyrus II merupakan keturunan
penguasa lokal bawahan raja Media/Mede.[1] Tradisi yang timbul belakangan,
memunculkan dongeng yang menarik menyangkut Cyrus, seolah-olah mengingatkan
orang akan dongeng Yunani mengenai Raja Oidipus.[2] Menurut dongeng ini, Cyrus
adalah cucu Astyages Raja Medes. Sebelum Cyrus lahir, Astyages mimpi bahwa
cucunya suatu saat akan menghalaunya dari tahta. Raja keluarkan perintah supaya
semua bayi yang baru lahir dibunuh habis.
Tetapi,
pejabat yang dipercaya melakukan pembunuhan itu tak sampai hati melakukan
pembunuhan keji itu, tetapi diteruskannya perintah itu kepada penggembala dan
istrinya supaya melaksanakannya. Namun merekapun tak sampai hati. Mereka
bukannya membunuh bayi lelaki melainkan memeliharanya dan dijadikan sebagai
anak mereka sendiri. Akhirnya, ketika sang anak tumbuh dewasa, memang benar
kemudian Ia menumbangkan sang raja dari tahtanya.
Cyrus the Great in Babylonia, Foto: Persepolis Nu |
Cyrus the Great
merupakan seorang penganut yang taat dari ajaran Monotheis Zarathustra. Pada
umumnya orang mengenal bahwa agama Zarathustra menyembah Dua Tuhan, yaitu Tuhan
Terang atau Ahura Mazda (Ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Namun
faktanya, ada aliran agama Zarathustra yang bersemboyan: “Kembali ke Gatha”.
Mereka berkeyakinan bahwa Zarathustra tidak mengajarkan dua Tuhan, melainkan
mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda yang kemudian menciptakan Angra
Manyu, hal tersebut mirip seperti Allah menciptakan Iblis (Lucifer) dalam agama
Yahudi, Nashrani dan Islam. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Cyrus the Great
bukanlah penyembah berhala atau dewa-dewa, melainkan beragama Tauhid
(Monotheis), karena itulah sebabnya, hingga pada (538) SM Bani Israil semuanya
dikembalikan ke Yerusalem oleh Cyrus the Great. Gatha telah dibakar habis
tatkala Alexander menduduki Persepolis, sehingga Gatha hanya berupa rekaman
ingatan dari para pendeta agama Zarathustra. Alexander memperoleh gelar dari
para pendeta agama Zarathustra, yaitu “yang terkutuk”.
1. Pemerintahan
dan Politik
Stephen Fitzsimons dalam tesisnya
yang menganalisis mengenai Cyrus berdasar fakta sejarah yang diungkap oleh
Herodotus, seorang sejarahwan Yunani, ia melukiskan kecerdasan Cyrus II sebagai
berikut,[3]
...How only Cyrus was fully
capable of delivering the king’s full part of the bargain made with
the Persians as a whole...
Koresh/Cyrus adalah seorang pemimpin
yang memiliki kemapuan dalam bidang militer. Tetapi itu hanya pada satu sisinya
saja, yang lebih menonjol, mungkin, adalah kebijakan cara memerintahnya. Dia
terkenal amat toleran terhadap agama-agama setempat dan juga adat-istiadat
mereka. Dan dia senantiasa menjauhkan diri dari sikap kejam dan ganas seperti
lazimnya para penakluk.
Neo Babylon during Persian Achaemenid era, Foto: Persepolis Nu |
Misalnya, ketika Babilonia
menaklukkan Yudea tahun 586 SM, mereka memboyong orang Yudea ke Babilonia.
Tetapi lima puluh tahun kemudian, sesudah Cyrus menaklukkan Babilonia, dia beri
izin orang-orang Yahudi kembali ke kampung halamannya. Kalau tidak karena
Cyrus, rasanya orang-orang Yahudi akan musnah sebagai kelompok yang terasing
pada abad ke-5 SM.[4]
Ia memulai kariernya selaku pejabat
rendahan di bagian barat daya Iran, dia menghalau, melalui
kemenangan-kemenangan pertempuran yang cemerlangan. Tiga kerajaan besar (Medes,
Lydian, dan Babilon), dan menyatukan hampir seluruh daerah Timur Tengah lama
menjadi satu negara yang membentang mulai India hingga Laut Tengah.
Di bawah kepemimpinan Cyrus the
Great ini berdirilah Kekaisaran Persia, Ia berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menaklukkan Babylonia Baru dan daerah Asia Kecil. Cyrus
mampu menguasai sebagian daerah di India bagian barat.
Kekaisaran Persia menguasai berbagai
kerajaan kuno sebelumnya yang terbentang mulai dari Timur Dekat, diperluas
hingga akhirnya menaklukkan sebagian besar Asia Barat Daya dan sebagian besar
Asia Tengah, sebagian dari Eropa dan Kaukasus. Kekaisaran ini diperluas ke
Turki, Israel, Georgia dan Arabia. Di arah barat, ke Kazakhstan, Kirgistan,
Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Dari laut Mediterania dan Hellespont
di barat sampai Sungai Indus di timur.
La clémence de Cyrus II le Grand envers les Hébreux, Foto: Wikipedia |
Dzulkarnain atau Cyrus
The Great menciptakan kekaisaran terbesar di dunia pada masanya hingga
berlanjut selama ratusan tahun sesudahnya. Kendati demikian, Ia menghormati
adat istiadat dan agama dari wilayah yang pernah Ia taklukan.
Ia juga meneruskan
tradisi sejak raja-raja Babilonia yaitu membiarkan wilayah-wilayah taklukannya
diperintah oleh orang lokal, dan di lain pihak mereka merekrut orang-orang
pilihan dari setiap wilayah taklukannya untuk menjadi pajabat di Istana Raja.
Para sejarahwan
menyebutkan bahwa dalam sejarah dunia, kerajaan Persia yang didirikan oleh
Cyrus the Great atau Dzulkarnain, merupakan model yang sangat sukses untuk
sistem administrasi terpusat serta pemerintahan yang bekerja dengan partisipasi
rakyatnya. Tidak hanya sampai di situ saja, Dzulkarnain atau Cyrus the Great
juga diakui sebagai pelopor/pencetus dan pendiri Hak Asasi Manusia,
politik, dan strategi militer, ribuan tahun sebelum Eropa menemukan khazanah
Dzulkarnain, dan lalu menjadikannya sebagai bahan utama kajian mereka.[5]
The royal ceremonial capital of the Persian Empire, Foto: Persepolis Nu |
Maka dari itu, pengaruh
Dzulkarnain pada peradaban Timur dan Barat merupakan warisan humanisme dan
peradaban yang besar, selain itu berpengaruh luas di dunia kuno, bahkan Athena
dan China kuno banyak mengadopsi aspek-aspek budayanya.
2. Kerajaan Cyrus
the Great
Cyrus menjadi penting
bukan cuma karena dia memenangkan banyak pertempuran dan menaklukkan banyak
daerah. Arti penting yang lebih besar adalah fakta bahwa kekaisaran yang
didirikannya secara mantap mengubah struktur politik dunia lama.
Kekaisaran Persia, di
samping luas daerah dan lamanya bertahan, tidaklah punya pengaruh besar dalam
sejarah seperti yang dijumpai pada Kekaisaran Romawi. Inggris, atau Cina yang
lebih lama. Tetapi, memperhitungkan arti penting Cyrus kita mesti ingat bahwa
Ia telah merampungkan sesuatu yang mungkin tak akan pernah terjadi tanpa
kehadirannya.
Di tahun 620 SM
(segenerasi sebelum Cyrus lahir) tidak seorangpun akan menduga bahwa dalam
tempo satu abad, seluruh dunia lama akan berada di bawah kekuasaan suatu suku
yang sama sekali tidak terkenal, berasal dari barat daya Iran. Bahkan dengan
melihat ke belakang, tidak tampak bahwa Kekaisaran Persia merupakan salah satu
kekaisaran yang punya arti penting dalam sejarah yang karena keadaan sosial dan
ekonominya mampu berkembang cepat menjadi semakin besar. Cyrus merupakan salah
seorang yang dengan nyata mampu mengubah jalannya sejarah.
3. Akhir Hayatnya
Tulisan kuneiform dari
Babilon memberi bukti bahwa Koresh wafat sekitar Desember 530 SM, yaitu dari
tulisan terakhir mengenai pemerintahannya, (lempengan dari Borsippa tertanggal
12 Agustus 530 SM) dan referensi pertama mengenai pemerintahan putranya,
Cambyses II (lempengan dari Babilon tertanggal 31 Agustus 530 SM) yang menggantikannya
sebagai raja.[6]
Makamnya terletak di
ibukota Pasargadae (dibangun sekitar 530 SM) yang masih ada sampai sekarang.
Penulis sejarah, Strabo dan Arrian mencatat gambaran yang hampir sama tentang
makam ini berdasarkan laporan Aristobulus dari Cassandreia, yang atas perintah
Iskandar Agung (Alexander the Great) mengunjungi makam ini 2 kali.[7]
Tomb of Cyrus the Great, Foto: Persepolis Nu |
Menurut Plutarch, batu
nisannya bertuliskan, [8]
“O insan, siapapun engkau dan darimanapun engkau datang, karena aku tahu
engkau akan datang, akulah Koresh yang memenangkan kerajaan untuk orang-orang
Persia. Karenanya janganlah berkeberatan terhadapku akan sedikit tanah ini
untuk menutupi tulang-tulangku”.
___________________________
- https://id.wikipedia.org/wiki/Koresh_yang_Agung#cite_ref-1
- Dalam bahasa Yunani kuno Oedipus bermakna kaki bengkak, dalam mitologi yunani, Ia adalah raja Thebes
- Stephen Fitzsimons. Thesis, The Leadership Styles of The Persian Kings in Herodotus’ Histories. 2017. School of Arts, Languages and Cultures.[4] http://media.isnet.org/kmi/iptek/100/Cyrus.html
- http://sulaimandjaya.blogspot.co.id/2016/01/cyrus-great-sang-zulkarnain.html
- R.A. Parker and W.H. Dubberstein, Babylonian Chronology 626 B.C. - A.D. 75, 1971.
- Strabo, Geographica 15.3.7; Arrian, Anabasis Alexandri 6.29
- Life of Alexander, 69, in Plutarch: The Age of Alexander, translated by Ian Scott-Kilvert (Penguin Classics, 1973), p.326.; similar inscriptions give Arrian and Strabo
0 Response to "Cyrus The Great II (Iskandar Dzulkarnain), Dua Tanduk Barat dan Timur"
Posting Komentar