Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Idealisme Dialektika (Bag 1) - Aliran Neo Kantian; Punggawa Madzhab Idealisme.

Ajaran Idealisme dialektika sebetulnya dibangun oleh murid-murid Immanuel Kant yang tidak puas dengan pernyataan tentang akal yang terbatas. Murid-murid Kant ini mencari dasar baru bagi pemikiran filsafatnya. Akhirnya mereka memutuskan aku sebagai subjeknya. Tokoh pembangun aliran ini adalah Johan Gottlieg Fichte (1762-1814).[1] Fichte pada dasarnya setuju dengan Kant soal pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Namun pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman sebagai presentasi.
Hegel Faust by Mitchellnolte. Sumber: Deviant art
Tetapi sesuatu yang harus dipahami, Kant bagi para filsuf idealisme tetap menjadi rujukan utama dalam karya-karyanya. Bahkan ada anggapan bahwa tiddah sah berfilsafat tanpa memahami Kant. GWF Hegel sendiri berkata “bahwa untuk menjadi filsuf, kita mula-mula harus menjadi pengikut Kant”. Hal yang bernada sama juga dikatakan  Arthur Schopenhauer, setiap orang akan tetap kanak-kanak sampai ia dapat memahami filsafat Kant.[2]
Bentuk lain dari diaspora pemikiran Kant adalah filsafat Identitas sebagai pengembangan filsafat “aku” yang didukung oleh Friederich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854). Bagi Schelling, identitas tidak mengenal prioritas roh dan alam. Jika sesuatu itu absolute dalam tataran ideal, maka absolute juga dalam tataran real. Roh identik dengan alam.[3]
Selanjutnya, sebagai tokoh besar aliran ini yang tidak mungkin dilupakan adalah Georg Wilhem Hegel (1770-1831) yang terkenal dengan filsafat dialektikanya (tesis→ antitesis→sintesis→tesis baru→dst..) yang akan dibahas dalam tulisan ini.
G.W.F. Hegel (1770-1831)[4] adalah filsuf Jerman terbesar pada masanya. Kebesarannya tidak hanya berhenti sampai di situ, pemikiran filsafatnya telah berdiaspora dan mengilhami beberapa unit kajian sejarah, sosial dan filsafat itu sendiri. Jadi, sulit menghilangkan Hegel dari kepala filsuf saat ini, apalagi bila menyangkut topik-topik yang dibahas oleh Hegel sebelumnya, yaitu filsafat tentang ide.
Pascakegemilangan filsafat Perancis abad ke-18 telah muncul filsafat Jerman baru, yang mencapai puncaknya di tangan Hegel. Jasanya yang terbesar ialah diangkatnya kembali dialektika sebagai bentuk tertinggi dari pemikiran. “Ahli-ahli filsafat Yunani kuno semuanya dasarnya adalah dialektikus-dialektikus alamiah, dan Aristotel, orang intelek yang paling ensiklopedis di antara mereka, sudah menganalisa bentuk-bentuk yang paling esensiil dari pikiran dialektik. Di pihak lain, filsafat yang lebih baru, meskipun di dalamnya dialektika juga mempunyai eksponen-eksponen (wakil-wakil) yang brilian (misalnya, Descartes dan Spinoza), telah terutama lewat pengaruh Inggris, menjadi semakin tegang-kaku dalam apa yang dinamakan metode berpikir yang metafisik, yang hampir sama sekali menguasai juga orang-orang Perancis abad ke-18, setidak-tidaknya dalam karya khusus filsafat mereka. Di luar filsafat dalam arti yang terbatas, orang-orang Perancis meskipun demikian menghasilkan karya-karya agung tentang dialektika. Kita hanya perlu mengingatkan “Le Neveu de Rameau” (Kemenakan Rameau) dari Diderot dan karya Rousseau “Discours sur l'origine et les fondements de l'inégalité parmi les homes” (Uraian tentang Asal-usul dan Dasar dari Ketidaksamaan di kalangan Manusia). Di sini secara singkat kita tunjukkan watak yang esensiil dari dua cara berpikir ini”.[5]
Era kecemerlangan Filsafat Jerman ini juga disebut zaman Romantik. Selain G.W.F. Hegel (1770-1831) filsuf-filsuf besar dari Romantik kebanyakan berasal dari Jerman, yaitu J. Fichte (1762-1814), dan F. Schelling (1775-1854). Aliran yang diwakili oleh ketiga filsuf ini disebut "idealisme". Dengan idealisme di sini dimaksudkan bahwa mereka memprioritaskan ide-ide, berlawanan dengan "materialisme" yang memprioritaskan dunia material. Yang terpenting dari para idealis kedua puluh harus dianggap sebagai lanjutan dari filsafat Hegel, atau justru sebagai reaksi terhadap filsafat Hegel. Agaknya dengan alasan inilah Hegel dapat diletakkan di tempat teratas dalam mazhab idealisme.


Bersambung..

Baca juga:



[1] Lihat Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern, 2005, hlm. 56.
[2] Lihat Stephen Palmquist, Filsafat Mawas; Kuliah Filsafat Umum untuk Pemula. Judul asli, The Tree of Philosophy: A course of introductory lectures for beginning students of philosophy, Penerjemah: Muhammad Shodiq, 2001.
[3] Lihat F. Budi Hardiman, Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzche, 2004, hlm. 157.
[4] Lihat Georg Wilhelm Friederich Hegel, https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel, diakses pada tanggal 1 Mei 2018.
[5] Lihat Friderich Engels: Perkembangan Sosialisme dari Utopia Menjadi Ilmu: 1880.

Subscribe untuk mendapatkan update terbaru dari kami:

0 Response to "Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Idealisme Dialektika (Bag 1) - Aliran Neo Kantian; Punggawa Madzhab Idealisme."

Posting Komentar