Hetairai - Cantik, Pintar, Cerdas dan Pelacur

Jika pintar sekedar pintar, jika berpengetahuan hanya sekedar pengetahuan, dan jika cantik hanya sekedar cantik, maka hetairai lebih mampu melakukannya.

Harus cantik, pintar dan berpengetahuan luas, serta mahir bermain musik. Agar asyik bagi para pembesar Athena mengahabiskan tiap detik, dipelukan wanita-wanita cantik, Hetairai.

Hetairai pertama kali disebut dalam Histories Karya Herodotus (484-425 SM), para sejarahwan beranggapan, Sebutan itu ditujukan untuk Rhodopis, seorang perempuan asal Thrace (Turki) yang pindah ke Naukratis (Mesir), koloni Yunani kuno.

Untuk menjadi seorang hetairai, seorang wanita tak cukup bermodalkan cantik. Dia juga harus meluaskan pengetahuan mengenai bahasa, puisi, filsafat, dan politik. Dia bisa memperoleh pengetahuan tersebut dari pergaulan dengan para tamunya. Keahlian bermain alat musik seperti flute, tamborin, kastanet, dan lyre juga sangat dibutuhkan. Selain itu, mereka harus mahir menari. Inilah yang membedakan hetairai dengan pelacur rendahan dan selir. Berbekal kemampuan itu, mereka melayani tamu-tamu laki-laki dalam symposia, acara minum anggur dan diskusi khusus lelaki yang diakhiri bercinta dengan hetairai. Aktivitas percintaan mereka dapat dilihat pada guci-guci kuno Yunani.
***

Siapa yang tidak mengenal Socrates yang memilih mati meminum racun dari pada hidup dalam kemunafikan dan pengingkaran terhadap kebenaran? Kala itu pengadilan memvonis hukuman mati dengan dakwaan menyebarkan ajaran yang merusak generasi muda. Semasa hidupnya (470-399 SM), sebagian besar waktu dihabiskan untuk bertanya kepada masyarakat dalam rangka membantu mereka memahami persoalan-persoalan dan mendapat wawasan pengetahuan dengan cara mencari dan mendapatkannya sendiri. Karena hal tersebut, kemudian orang mengenal metode filsafatnya sebagai seni kebidanan (maieutika). Socrates senang melakukan hal itu, meski tidak disukai banyak orang, namun Ia memiliki banyak kawan, salah satunya adalah Theodote, wanita cantik yang menjabat sebagai hetairai, atau pelacur kelas elite pada masa Yunani kuno itu.
Foto: pinterest
Abad ke-15, Yunani kuno disebut sebagai muasal jaman renaisans (kalahiran kembali),  buah pemikiran para filsuf Yunani kuno mempengaruhi banyak bidang, seperti politik, pendidikan, seni, bahasa, sastra, dan ilmu kembali di dalami. Peradaban Yunani kuno merentang dalam waktu sekitar hampir sepuluh abad, semenjak 8M hingga 4M. Rentang waktu tersebut terbagi kedalam masa arkais (750-500SM). Klasik (500-323SM), masa helenistik (323-146 SM), dan terakhir masa antikuitas (146-4M). Kota Athena menjadi pusat tumbuh dan berkembangnya peradaban negeri ini.

Dalam masyarakat Athena, perempuan tidak memiliki banyak peran, dan juga  mendapatkan pembatasan. Baca-tulis bukanlah kewajiban bagi mereka, selain itu mereka dilarang menjadi pejabat pemerintah. Sekolah-sekolah tidak mau menerima perempuan hingga masa helenistik. Setara budak, perempuan Athena tidak memiliki hak-hak sipil. Intinya, menjadi perempuan pada masa itu adalah hal yang tidak menyenangkan.

Selain melahirkan sejumlah filosof atau ahli pikir, Yunani juga melahirkan hetairai. Namun yang unik adalah, hetairai berbeda dari masyarakat perempuan di Athena pada umumnya. Mereka menduduki posisi yang lebih tinggi dalam tatanan sosial masyarakat. Para filusuf dan juga negarawan menghargai mereka.

Menjadi hetairai harus digapai apabila seorang perempuan menginginkan kedudukan yang lebih tinggi. Dalam buku erotisme Yunani – Nikolas A. Vrissimtzis, ‘perempuan memang direndahkan, beberapa perempuan, terutama imigran dan budak, berupaya menjadi hetairai di Athena.’[1]

Pemerintah Athena sama sekali tidak melarang prostitusi, hal ini juga terjadi di wilayah Yunani kuno lainnya. Bahkan Solon, seorang negarawan (638-558). Merupakan germo pertama di Athena. Ia membuka rumah-rumah bordil, pelacur rendahan dari berbagai kota Yunani tersedia di sana. Dari rumah bordil inilah para wanita mulai menapaki kariernya sebagai hetairai.

Hetairai mencapai puncak popularitas pada masa klasik. Pada masa ini dinilai banyak sarjana sebagai zaman keemasan Hetairai, yang kebanyakan berasal dari luar Athena, namun hidup bersama lelaki Athena. Beberapa tokoh penting Athena seperti Pericles (orator dan negarawan), Praxiteles (seniman patung), dan Epicurus (filsuf) mempunyai hetairai masing-masing. Yang terkenal adalah Aspasia, milik Pericles. Socrates sangat memuji kemampuan bicaranya, tetapi, hubungannya dengan Pericles menjadi gunjingan banyak orang. Sebab, Aspasia bukan orang Athena, sedangkan Pericles adalah pembesar Athena.
Depicting a debate between Socrates and Aspasia - by Nicholas Ande Monsiaux, foto : thewire
Kemewahan dan keistimewaan melimpahi kehidupan Hetairai. Dengan bayaran mahal yang mereka dapatkan, mereka kemudian mampu memiliki rumah dan budak sendiri. Hal tersebut melanggar aturan umum masyarakat Athena yang tak membolehkan perempuan memiliki rumah dan budak. Para hetairai mewarisi hak-hak istimewa itu kepada anak-anaknya. Meski kebanyakan statusnya bukan warga Athena, namun anak-anak mereka dapat menduduki posisi sebagai jenderal atau anggota senat. Padahal, aturan tidak memperbolehkan anak hasil hubungan lelaki Athena dengan perempuan luar Athena mendapat hak-hak politik.

Tidak ada wanita yang menghendaki kehamilan di luar pernikahan, begitu juga dengan hetairai. Oleh karenanya mereka sangat berhati-hati dalam berhubungan dengan para tamu-tamunya. Metode seperti bersenggama secara terputus, membaca mantera, meminum ramuan tertentu, hingga mengkonsumsi telur gagakpun dijalani. Namun, karena banyak dari mereka yang kemudian menjadi selir, maka kehamilan tidaklah terhindarkan. Bagi masyarakat Athena, selir merupakan alat penghasil keturunan melalui persetujuan istri sah. Biasanya para lelaki Athena memelihara selir karena istrinya mandul, atau karena istri sah mereka hanya melahirkan anak perempuan saja.

Pada masa akhir Antikuitas, meskipun popularitasnya menurun drastis, namun hetairai masih bisa ditemukan. Karena penyebarannya hingga keluar Athena, seperti di kota Corinth, 78 km barat daya Athena. Para hetairai membangun kuil megah dan luas untuk dipersemahkan kepada Dewi Aphrodite (dewi cinta, kecantikan, dan seksualitas). Kuil ini merupakan peninggalan terakhir hetairai. Sampai kemudian Kristen muncul pada abad ke-4 M.[2] Dari sini peradaban Romawi perlahan-lahan mulai terbit dan Yunani Kuno mulai terbenam. Hingga pada akhirnya hetairai dianggap pekerjaan kotor, dan perlahan-lahan namanya hilang walaupun profesinya masih banyak dijalani hingga hari ini.



____________________________________________ 
1. http://historia.id, diakses pada tanggal 26 Februari 2018.
2. ibid



Subscribe untuk mendapatkan update terbaru dari kami:

0 Response to "Hetairai - Cantik, Pintar, Cerdas dan Pelacur"

Posting Komentar