Privatisasi Agama dalam Masyarakat Kapitalistik (Bag 4) - Kapitalisme dan Globalisasi Budaya
Hegemoni
kapitalisme secara bertahap telah
mendorong proses globalisasi budaya dalam skala makro. Globalisasi
bergerak sebagai proses yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat kontemporer.
Budaya kapitalisme yang membentuk pola hubungan sosial dan saling menjalin
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya, menjadikan globalisasi sebagai
proses yang tidak terelakkan.
Oleh: Fachrizal A. Halim
Mahasiswa University of Saskatchewan
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang dibentuk oleh
struktur kesadaran modern. Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, kapitalisme
merupakan konsekuensi logis dari diferensiasi dalam berbagai bidang kehidupan
yang berbasis pada rasionalisasi. Rasionalisasi ajaran Protestanisme
Calvinistik merupakan pendorong berkembangnya kapitalisme dalam kebudayaan
Barat. Melalui rasionalisasi tersebut, seluruh aktifitas kebudayaan bergerak
dalam karakter homogen. Depersonalisasi hubungan sosial, spesialisasi ilmu pengetahuan
dan kalkulasi keuntungan adalah ciri umum yang dapat diidentifikasi dalam
karakter budaya kapitalisme.
Lithograph by Leo Haas (via Flickr), Holocaust artist, who survived Theresienstadt and Auschwitz. Sumber: Socialist review |
Sebagai sistem ekonomi rasional, kapitalisme mengharuskan
adanya akumulasi modal yang berlaku secara terus-menerus. Kepentingan akumulasi
modal tersebut merangsang pertumbuhan ilmu pengetahuan dan transformasi teknologi.
Kapitalisme membutuhkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat berkembang dengan pesat melalui dana yang dikeluarkan oleh para
pemilik modal.
Dalam sejarah perkembangannya, kapitalisme dapat
tumbuh subur melalui perangkat-perangkat hukum yang dimiliki oleh negara.
Negara-negara modern adalah institusi politik yang memiliki mekanisme kontrol
birokratis yang dapat menjamin kelangsungan sistem kapitalisme. Melalui
legitimasi politik negara, para pemilik modal dapat melakukan ekspansi
geografis ke negara-negara lain. Legitimasi politik tersebut sekaligus
merupakan pembenaran terhadap eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam yang
dimiliki negara yang bersangkutan. Melalui legitimasi politik itu pula
imperialisme dan monopoli berlangsung sebagai penopang kapitalisme dunia.
Kapitalisme yang sebelumnya merupakan reaksi atas pola
perekonomian feodalistik, telah berkembang menjadi sistem perekonomian yang
mendunia. Sejarah perkembangan kapitalisme yang berawal dari kegiatan
perdagangan, telah berkembang menjadi kegiatan industri. Keterbatasan sumber
daya alam telah mendorong lahirnya inovasi teknologi untuk menghasilkan
komoditi baru. Atas kepentingan akumulasi modal terus-menerus, komoditi bukan
lagi diproduksi untukk memenuhi kebutuhan hidup secara biologis. Sebaliknya, kekuatan
kapitalisme mampu menciptakan keinginan-keinginan psikologis, sehingga komoditi
dapat diproduksi dan menghasilkan keuntungan terus-menerus. Melalui
perangkat-perangkat media yang dimiliki, kapitalisme menciptakan keinginan
(wants) melebihi batas kebutuhan (needs) (Bell, 1978 : 22).
Karakter budaya kapitalisme yang berkembang dalam
kebudayaan Barat tersebut mengandung
'kuasa' untuk melembagakan diri.
Kuasa tersebut didukung oleh rasionalitas instrumental yang telah mendasari
aktifitas manusia dalam seluruh bidang-bidang kehidupan. Melalui kerjasama
dengan negara (nation-state), kapitalisme menyebar ke bagian dunia lain sebagai
kekuatan hegemonik. Dengan
mengatasnamakan rasionalitas, kapitalisme dapat menyusun standar kehidupan dan
prinsip-prinsip tingkah laku pada masyarakat dunia. Inovasi teknologi yang
dikembangakan oleh para pemilik modal, seperti teknologi komunikasi, sarana
transportasi dan media telah memungkinkan penyebaran ideologi kapitalisme
hampir ke seluruh penjuru dunia. Tekonologi dan media adalah perangkat yang
digunakan perusahaan multinasional untuk menjadikan dunia sebagai pasar global
(Turner, 1994 : 112). Logika pasar global tersebut telah mendasari adanya
produksi massal untuk memenuhi dan menciptakan kebutuhan konsumen dunia.
Pola
ketergantungan tersebut mengarahkan masyarakat pada mekanisme tunggal sebagai
sistem dunia (world system). Sistem dunia inilah yang kemudian membentuk
kesadaran global dan mewajibkan masyarakat untuk melakukan pendefinisian ulang
terhadap sistem keyakinan lama. Sebagai contoh; masalah politik-militer harus
didefinisikan kembali dalam skala dunia; masalah perekonomian didefinisikan
dalam konteks resesi internasional; masalah pemasaran didefinisikan dalam
konteks produksi 'dunia'; atau dalam bidang keagamaan didefinisikan ulang dalam
term ekumenisme; masalah kemasyarakatan harus dipahami dalam konteks 'hak asasi
manusia'; atau masalah polusi dan purifikasi alam harus dipahami dalam konteks
'menjaga kelestarian alam' (saving the planet)
(Waters, 1995 : 42).
Bersambung..
Baca juga:
0 Response to "Privatisasi Agama dalam Masyarakat Kapitalistik (Bag 4) - Kapitalisme dan Globalisasi Budaya"
Posting Komentar