Baik – Buruk, Hanya Persepsi Antara Aku, Kamu, dan Mereka

Bagaimana tanggapan anda terhadap pernyataan, membunuh ratusan ribu orang Jepang, jauh lebih baik, dari pada membiarkan mereka yang fasis terus-menerus membunuhi jutaan manusia di muka bumi?

Bagaimana tanggapan anda mengenai seseorang yang layak disebut sebagai orang baik? Atau sebaliknya. Jawaban dari kedua peryataan mengenai layaknya seseorang disebut sebagai baik dan buruk adalah bisa iya dan bisa tidak, mengapa demikian. Sebab jawabannya akan sangat bergantung pada persepsi yang kita bawa ketika kita memberikan penilaian.

Dalam perspektif filsafat, secara singkat baik dan buruk hanyalah sebuah persepsi. Dalam setiap kebaikan, selalu ada celah keburukan, begitupun sebaliknya. Lantas pakah dapat berarti nihil. Jawabannya tentu jawabannya juga bisa iya dan tidak.

Unintolerant - Anan for art,
Sumber: Devianart
Mari kita melangkah mundur dimasa Socrates. Inilah demagog (politikus dan agamawan) di Yunani Kuno. Bagi Socrates, walaupun kebaikan dan keburukan bersifat relatif, tetap tersedia apa yang disebut sebagai kebaikan universal dan keburukan universal.

Apabila seluruh kebaikan dan keburukan ditempatkan dalam makna relatif, maka konsekuensinya adalah, ia akan tumbuh menjadi suatu komoditas. Jika sudah demikian, maka kebaikan dan keburukan bukan hanya dapat saling ditukar, namun juga diperjual belikan. Pada tahap ini manusia akan kehilangan pegangan. Inilah yang disebut sebagai konsep nihilism Socrates.

Dalam realitasnya, kebajikan dan keburukan, sangat menyulitkan untuk diberikan penilaian pasti. Seperti pernyatan di awal pembahasan, Bagaimana tanggapan anda terhadap pernyataan, membunuh ratusan ribu orang Jepang, jauh lebih baik, dari pada membiarkan mereka yang fasis terus menerus membunuh jutaan manusia di muka bumi? Ternyata logika semacam ini sedikit memaksa dan harus dipandang bermakna positif.

Lalu bagaimana mengenai penilaian terhadap tindakan Amerika yang membombardir dua kota Nagasaki dan Hirosima hingga membunuh ratusan ribu penduduknya serta membuat tanahnya pun ikut mati? mampukah kita berkesimpulan bahwa tindkan Amerika tersebut bukan hanya merugikan dan merusak alam, juga dipandang sebagai tindakan yang salah secara total.

Dari secuil pembahasan di atas, maka kiranya agak sombong apabila kita menyatakan diri sebagai sosok yang paling benar, terlebih jika mencari dukungan dengan dalih-dalih keagamaan.

Subscribe untuk mendapatkan update terbaru dari kami:

0 Response to "Baik – Buruk, Hanya Persepsi Antara Aku, Kamu, dan Mereka"

Posting Komentar